Lihatlah Si Kumbang cacat Tanpa Sayap ini.
Renungan ini bagai golakan magma didalam bumi sana. Sejauh
berlari pikir ini melarikan diri. Tak kemana pikir ini berlabuh. Tetap disini.
Disitu. Di ruang yang entah kemana para rasa itu bersembunyi. Begitu tampak
enggan tuk renungkan apa yang selama ini didapati hati.
Ingin rasanyta mengobrak-abrik rasa perih ini. Namun itu telah kulakukan. Hanya nyeri lah buahnya.
Seperti inikah hidupku Tuhanku. Seperti inikah. Dimana goresan itu aku letakan. Sehingga luka ini begitu penuhi hati. Luka dari mana ini. Siapa tuan pembuatnya. Mereka kah. Dia kah. Untuk apa kah.
Coba lihat hati disini. Katakan kepada hati ini. kecacatan apa lagi yang mesti kusandang setelah sayap-sayapku berguguran. Haruskah hidup dalam kecacatan.
Lihat lah si kumbang cacat tanpa sayap ini. Lalu katakanlah masa bahagia telah habis.
Agar tenang. Hingga jiwa terlelap dalam pankuan tawarnya jalan cerita. Tapi tak apalah...
Ingin rasanyta mengobrak-abrik rasa perih ini. Namun itu telah kulakukan. Hanya nyeri lah buahnya.
Seperti inikah hidupku Tuhanku. Seperti inikah. Dimana goresan itu aku letakan. Sehingga luka ini begitu penuhi hati. Luka dari mana ini. Siapa tuan pembuatnya. Mereka kah. Dia kah. Untuk apa kah.
Coba lihat hati disini. Katakan kepada hati ini. kecacatan apa lagi yang mesti kusandang setelah sayap-sayapku berguguran. Haruskah hidup dalam kecacatan.
Lihat lah si kumbang cacat tanpa sayap ini. Lalu katakanlah masa bahagia telah habis.
Agar tenang. Hingga jiwa terlelap dalam pankuan tawarnya jalan cerita. Tapi tak apalah...
DONASI VIA PAYPAL
Bantu berikan donasi jika artikelnya dirasa bermanfaat. Donasi akan digunakan untuk memperpanjang domain http://kamarsyair.blogspot.com/. Terima kasih.
Newer Posts
Newer Posts
Older Posts
Older Posts
Comments